Rabu, 12 Februari 2014

Pengendara sepeda merah.



           Aku mengalami tahun-tahun tak berarti di sekolah.Entah kenapa,aku bahkan sama sekali tidak ingin mengingat semua masa laluku.Biarlah semua ingatanku menjadi debu yang akan hilang.

          Selama 9 tahun aku mencoba untuk diam.Aku tak tahu harus berbuat apa,aku tak tahu harus berpikir apa.Seakan-akan otakku benar-benar tidak bekerja.Tubuhku sepertinya hanya digerakkan oleh naluri selama itu.


******
           Tahun-tahun yang paling menyesakkan dalam hidupku adalah saat aku berada di Sekolah Menengah.Walaupun sekolahku adalah sekolah yang bertaraf Internasional,aku tidak pernah merasakan ada sesuatu yang berbeda dari kelangsungan hidupku.
           Aku hanyalah pemuda yang kurang pergaulan.Di saat teman-teman sekelasku dengan bangga memamerkan semua gadget mereka,bersenang-senang dengan pasangan mereka,dan berusaha menyombongkan diri dengan sikap dingin mereka,aku hanya terdiam dan berpikir bahwa “apa yang membuat manusia-manusia manja itu bangga dengan kehidupannya saat ini?”.

        ‘Bayu si pengendara sepeda’,mengendarai sepeda mustang merah yang dengan lambatnya menyusuri rute harian favorit dari Menteng sampai Diponegoro.Beberapa kali aku diejek oleh teman sekelas yang mengendarai kendaraan mewah mereka sendiri dengan membawa pasangannya.Terkadang aku merasa malu,terkadang aku merasa susah dengan kondisi itu,sampai-sampai untuk mensiasati ejekan mereka aku selalu pulang paling akhir.Ya,aku menunggu mereka pulang agar mereka tidak mengejekku di perjalanan.

             Sebenarnya aku hanya tidak ingin menyusahkan kedua orang tuaku dengan merengek-rengek dan memaksa mereka untuk menyediakan semua yang ku inginkan agar terlihat sama seperti teman-teman yang lain.

             Hahaha,jika saja saat itu aku merengek,pasti aku akan teringat kembali dengan perjuangan orang tuaku yang berusaha membiayai sekolah mahal itu,bodohnya lagi aku merasa tidak pernah memberikan konstribusi nyata untuk mereka,untuk orang tuaku….
Oh Bodohnya ‘Bayu si pengendara sepeda merah’ ini sampai harus perduli dengan anak-anak manja saat itu.

Kenapa aku harus perduli?

******
              Dulu aku pernah menyukai perempuan yang bernama Nanda Deby Lanrea Saputri,dia adalah perempuan yang menjulurkan lidahnya ketika aku hendak pulang ke rumah dengan kondisi lelah saat mengendarai sepeda merah yang legendaris itu.Anehnya aku membalas ejekannya dengan senyuman malu,dan dia pun terseyum setelahnya.Hiiiiiii, senyumannya manis sekali sampai-sampai aku sering berkhayal untuk hidup berdua dengannya.
               Sayangnya setelah beberapa lama,sepertinya dia tidak pernah menyukaiku.Mungkin dia hanya tersenyum untuk bisa memuaskan dirinya sendiri.Lagipula perempuan mana yang menyukaiku? Aku hanya pengendara sepeda merah yang tidak bisa bergaul.
               Semenjak itu aku tidak perduli dengan perempuan manapun.Walaupun memang tidak bisa dipungkiri ketika lagi-lagi aku menyukai salah satu dari mereka.Menyukai mereka tapi tidak mencintai mereka.

Cinta yang ku maksudkan adalah cinta di antara lawan jenis.
               
               Selama ini aku sadar akan suatu hal.Suatu hal itu adalah bahwa aku tidak pernah mencintai perempuan seperti mereka.
Bahkan mungkin aku tidak pernah mencintai siapapun sampai sekarang.

Biarlah si pengendara sepeda merah ini memberikan cintanya hanya untuk perempuan yang spesial baginya,hanya untuk istrinya kelak......


Si pengendara sepeda merah itu memang bodoh,maka tertawakanlah dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar