Sejak kecil aku selalu diajarkan untuk menjadi pribadi yang sama dengan kebanyakan
orang.
Baik itu
dari norma-norma yang berlaku,penampilan,gaya hidup,dan pola pikirnya kaum
mayoritas.
Aku
tumbuh di kalangan masyarakat yang mempunyai pemahaman bahwa hidup seseorang tidak
akan jauh berbeda dari hidup para pendahulunya.
Aku
diajarkan untuk mempelajari sesuatu yang sudah dipelajari oleh para
pendahuluku.
Aku
dituntun agar tidak bertentangan dengan adat istiadat.
Aku
dipaksa untuk memikirkan sesuatu yang biasa dipikirkan oleh kebanyakan orang.
Oh
Tuhan,aku merasa terbelenggu.
Hatiku
merasa gundah.
Apakah
aku masih disebut sebagai manusia?
Karena
yang kutahu hanya makhluk tak berakal yang rela dituntun dan dibelenggu secara
paksa.
Aku
merasa hidupku dikendalikan oleh mereka kaum mayoritas.
Mereka
kaum mayoritas.
Mereka
yang hanya bertindak atas apa-apa yang sudah menjadi kebiasaan para
pendahulunya.
Mereka
yang hanya berbangga diri atas pencapaian para pendahulu,tanpa mengetahui apa
yang benar-benar terjadi.
Mereka
yang hanya saling menyalahkan jika tersandung masalah.
Mereka
yang hanya menggerutu karena tidak puas dengan keinginan mereka.
Mereka
yang hanya mempertahankan budaya tanpa mau menerima perubahan.
Padahal
jika mereka mau menerima, justru perubahan itu akan mempermudah semua kesulitan
mereka dalam menjalani hidup.
******
Ketika
seorang bocah bertambah usia dan mencoba membuka matanya akan dunia.
Bocah
yang beranjak dewasa itu sudah bisa memilah mana yang baik dan buruk untuk
hidupnya.
Dia
sudah bisa berpikir dan menemukan cara terbaik untuk menyimpulkan apa yang
sebenarnya terjadi.
Dia
berani menolak suatu pemahaman dari kaum mayoritas.
Dia
menabrak norma yang berlaku dengan mengambil kemungkinan yang ada.
Bahkan dia
mencoba untuk mempengaruhi orang-orang agar bisa menerima idealismenya tanpa
melihat latar belakang orang tersebut.
Dia
tidak perduli dengan apa yang orang-orang pikirkan tentang hidupnya.
Dia
mempunyai prinsipnya sendiri.
Dialah manusia yang sesungguhnya.
Dia
berani berpikir dan bertindak bebas di luar kebiasaan orang banyak tanpa
melupakan sisi sosialnya.
Ketika
dia berhasil membuka matanya.
Dia
bagaikan burung dara yang terbang mengelilingi angkasa.
Orang-orang
bertanya tentang dia?
Siapakah
dia?
Dia adalah
aku.
Aku
adalah dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar